SELAMAT DATANG DI SD N REJASA

Sunarto, M.PdThomas Amstrong[1] menggambarkan potensi manusia yang beranekaragam tersebut dalam sebuah dongeng yang berjudul In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences (1987).  Diceritakan dalam buku tersebut bahwa dunia digemparkan oleh sebuah kabar bahwa para binatang akan membuat sebuah sekolah unggulan bagi para binatang yang akan memberikan pelajaran berbagai keterampilan yang dimiliki oleh semua binatang. Maka dibuatlah kurikulum yang memuat berbagai kecakapan hidup binatang seperti: terbang, lari, berenang, loncat, memanjat dan menggali.

Sekolahpun dibuka dan menerima murid dari berbagai belahan hutan. Hampir semua perwakilan spesies binatang datang untuk menjadi siswa di sekolah unggulan tersebut, mulai dari burung, kelinci, ikan, kanguru, monyet, kepiting dan sebagainya.  Pada awalnya dikabarkan bahwa program sekolah berjalan lancer. Hingga semua murid merasakan nuansa baru yang bisa membuat mereka ceria. Hingga tibalah pada suatu hari yang mengubah keadaan sekolah tersebut.

Tersebutlah salah satu murid yang bernama kelinci. Jelas kelinci adalah binatang yang pandai untuk berlari. Ketika mengikuti pelajaran berenang. Kelinci ini hampir tenggelam. Pengalaman mengikuti kelas berenang membuat Kelinci prihatin. Lantaran sibuk mengurusi pelajaran renang, si kelinci ini pun tak pernah lagi dapat berlari secepat sebelumnya.

Setelah kasus kelinci, ada kejadian lain yang cukup membuat Kepala Sekolah Pusing. Ini melanda siswa lain yang bernama burung.  Burung jelas binatang yang sangat hebat untuk terbang. Namun ketika mengikuti pelajaran memanjat, si burung tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di sekolah. Akhirnya ia pun mengikuti les memanjat untuk mengejar ketinggalan pelajaran dengan siswa lainnya. Les itu ternyata menyita waktunya sehingga ia pun melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasainya.

Demikian kesulitan demi kesulitan juga dialami oleh siswa lainnya seperti ikan, kanguru, monyet, kepiting dan lainnya. Para binatang itupun tidak lagi punya kesempatan untuk berprestasi dalam bidang keahliannya masing-masing. Itu semua dikarenakan mereka dipaksanakan untuk melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.

Berdasarkan dongeng itu Amstrong mengajak kita semua untuk bisa memehami lebih baik tentang potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Berpijak dari temuan Howard Gardner[2] tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk),  Amstrong mengajak kita semua untuk tidak lagi memisahkan atau menjuluki bahwa ada siswa bodoh dan ada siswa pandai di sisi lain. Sebagaimana diketahui dalam buku Thomas Amstrong yang berjudul “Multiple Intelligences in Classroom” dijelaskan bahwa manusia memiliki 9 kecerdasan dasar yang meliputi: 1) Kecerdasan Linguistik, 2) Kecerdasan Matematis-logis, 3) kecerdasan Spasial, 4) Kecerdasan Kinestetis-jasmani, 5) kecerdasan Musikal, 6) kecerdasan Interpersonal, 7) Kecerdasan Intra Personal, 8) kecerdasan Naturalis, dan 9) kecerdasan Eksistensional. Setiap anak pasti memiliki 9 kecerdasan tersebut namun dengan takaran yang berbeda-beda.

SD Negeri Rejasa dibangun bukanlah untuk mendidik para tentara yang harus berbuat sama sesuai keinginan para pelatihnya. Sekolah ini dibangun adalah untuk mempersiapkan para generasi penerus bangsa untuk menjadi orang-orang sukses pada bidangnya. Oleh karena itu SD Negeri Rejasa memilih konsep pembelajaran yang akan mengoptimalkan seluruh potensi anak didiknya, tidak hanya di bidang akademik, namun mungkin aspek non akademik akan memperoleh perhatian yang sama pentingnya.

Sunarto, M.Pd

Kepala Sekolah SDN Rejasa

Tinggalkan komentar